BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kondisi Fisik
Pengertian kondisi fisik dalam
olahraga yaitu suatu kualitas fisik dan kemampuan fungsional peralatan tubuh
individu dalam memenuhi tuntutan prestasi yang optimal pada spesifikasi cabang
olahraga tertentu. Latihan kondisi fisik didisain khusus melalui pentahapan
yang sistematis dan metodis untuk pengembangan kondisi fisik lebih optimal.
Kondisi fisik menjadi hal yang penting bagi atlet yang dilatih sebab kondisi
fisik sebagai fondasi untuk belajar teknik, taktik, strategi, dan mental.
Drilling teknik dan taktik yang intensif dengan gerakan yang komplek adalah
satu cara meningkatkan komponen fisik yang komplek pula. Manfaat latihan fisik
yang baik akan meraih prestasi yang lebih baik, tidak mudah cidera dan cepat
pulih bila cidera, mencegah kelelahan mental dan memperbaiki konsentrasi, mudah
pulih setelah latihan berat dan kompetisi berat, tidak lelah sekalipun dalam
pertandingan lama, jarang nyeri otot dan meningkatkan rasa percaya diri.
http://lutfhiabdil.wordpress.com/2010/10/05/pembinaan-kondisi-fisik-olahraga/.
|
Practise: aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga
dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang
olahraganya.
Exercises: perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan
kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan
dalam penyempurnaan geraknya.
Training: suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan
materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan
pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur
sehingga tujuan dan sasaran latihan dapat tercapai tepat pada waktunya.
Latihan :proses berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana
berulang-ulang dan semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari
yang sederahana ke yang lebih kompleks (sistematis dan metodis).
Salah satu ciri dari latihan, baik
yang berasal dari kata dalam bahasa Inggris maupun dari bahasa Indonesia,
adalah adanya beban latihan. Oleh karena diperlukannya beban latihan selama
proses berlatih melatih agar hasil latihan dapat berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap, dan sosial olahragawan, sehingga
puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang singkat dan dapat bertahan
relatif lebih lama. Sasaran utama dari latihan fisik adalah utuk meningkatkan
kualitas kebugaran energi (energy fitness) dan kebugaran otot(
muscular fitness). Kebugaran energi meliputi peningkatan kemampuam aerobik
dan anaerobik baik yang alaktik maupun laktik. Untuk kebugaran otot meliputi
peningkatan kemampuan biomotor yang antara lain mencakup: kekuatan, ketahanan,
kecepatan, power, kelentukan, keseimbangan, koordinasi, dan kelincahan. Beban
latihan merupakan rangsang motorik (gerak) yang dapat diatur dan dikontrol oleh
pelatih maupun olahragawan untuk memperbaiki kualitas fungsional berbagai
peralatan tubuh.
Tugas utama dalam latihan adalah menggali,
menyusun dan mengembangkan konsep berlatih dengan memadukan antara pengalaman
praktis dan pendekatan keilmuan, sehingga proses berlatih melatih dapat
berlangsung tepat, cepat, efektif, dan efisien. Sehingga proses latihan
tersebut selalu bercirikan antara lain:
a.Proses
latihan harus teratur dan bersifat progresif.
b.Materi
latihan harus berisikan materi teoti dan praktek.
c.Pada
setiap kali tatap muka harus memiliki tujuan dan sasaran.
d.Menggunakan
metode tertentu.
e.Mencapai
tingkat kemampuan yang lebih baik dalam berolahraga, yang memerlukan waktu
tertentu (pentahapan), serta memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat.
Adapun sasaran dan tujuan latihan secara
garis besar, antara lain untuk: (a) meningkatkan kualitas kondisi fisik dasar
secara umum dan menyeluruh, (b) mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik
yang khusus, (c) menambah dan menyempurnakan teknik, dan (e) meningkatkan
kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding.
Prinsip latihan merupakan hal-hal yang harus
ditaati, dilakukan atau dihindari agar tujuan latihan dapat tercapai sesuai
dengan yang diharapkan. Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting
terhadap aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Dengan memahami
prinsip-prinsip latihan, akan mendukung upaya dalam meningkatan kualitas
latihan. Selain itu, akan dapat menghindarkan olahragawan dari rasa sakit dan
timbulnya cidera selam dalm proses latihan. Dalam mempelajari dan menerapkan
prinsip-prinsip latihan ini harus hati-hati, serta memerlukan ketelitian,
ketepatan dalam penyusunan dan pelaksanaan program. Pada dasarnya latihan
olahraga adalah merusak, tetapi proses perusakan yang dilakukan agar berubah
menjadi lebih baik, tetapi dengan syarat pelaksanaan latihan harus mengacu dan
berpedoman pada prinsip-prinsip latihan. Beberapa prinsip-prinsip latihan yang
seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman agar tujuan latihan tercapai
dalam satu kalitatap muka, antara lain: prinsip kesiapan, individual, adaptasi,
beban lebih, progresif, spesifik, variasi, pemanasan dan pendinginan, latihan
jangka panjang, prinsip berkebalikan, tidak berlebihan, dan sistematik.
Pada tujuan latihan, prinsip kesiapan harus
sesuai dengan materi, dosis latihan dan usia olahragawan. Pada prinsip
individual, setiap olahragawan akan berbeda dalam merespon beban latihan
sehingga beban latihan setiap orang tidak dapat disamakan. Faktor yang
menyebabkan perbedaan kemampuan anak dalam merespon beban latihan antara lain faktor
keturunan, kematangan, gizi, waktu istirahat dan tidur, kebugaran, lingkungan,
sakit cidera, dan motivasi. Pada prinsip adaptasi, organ tubuh manusia
cinderung selalu mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya. Sehingga
kemampuan manusia dapat dipengaruhi dan ditingkatkan melalui latihan. Latihan
menyebabkan terjadinya proses adaptasi pada organ tubuh. Tingkat kecepatan
tubuh olahragawan mengadaptasi setiap beban latihan tergantung dari usia, usia
latihan, kualitas kebugaran otot, kebugaran energi, dan kualitas latihannya.
Ciri-ciri terjadinya proses adaptasi pada tubuh akibat dari latihan, yaitu: (1)
kemampuan fisiologis ditandai dengan membaiknya sistem pernafasan, fungsi
jantung, paru, sirkulasi darah, dan volume darah, (2) meningkatnya kemampuan
fisik yaitu ketahan otot, kekuatan dan power, (3) tulang ligamenta, tendo, dan
hubungan jaringan otot menjadi lebih kuat. Pada prinsip beban lebih (overload)
dilakukan secara progresif dan diubah sesuai dengan tingkat perubahan yang
terjadi pada olahragawan. Pada prinsip beban lebih, latihan harus mencapai atau
melampui sedikit di atas ambang rangsang, sehingga beban latihan harus memenuhi
prinsip moderat dan meningkat secara progresif. Dengan memperhatikan tiga
faktor yaitu frekuensi, intensitas, dan durasi. Pada prinsip progresif, hampir
sama dengan prinsip beban lebih, dilaksanakan secara bertahap maju dan
berkalanjutan. Dalam menerapkannya dilakukan bertahap, cermat, konyinyu, tepat.
Pada prinsip selanjutnya setiap bentuk latihan harus sesuai dengan kebutuhan
cabang olahraganya, program latihan harus disusun dengan variatif untuk
menghindari kejenuhan, kengganan dan keresahan yang merupakan kelelahan secara
psikologis.
http://lutfhiabdil.wordpress.com/2010/10/05/pembinaan-kondisi-fisik-olahraga/
Kondisi
fisik dapat dikatakan sebagai dasar landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi seorang atlet.Menurut
Harsono, kondisi fisik yang baikakan berpengaruh terhadap fungsi dan sistem
organisme tubuh, antara lain:
a. Akan ada peningkatan dalam kemampuan
sistem sirkulasi dan kerjajantung
b. Akan ada peningkatan dalam kekuatan,
kelentukan, stamina dan kondisifisik lainnya.
c. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik
pada waktu latihan
d.
Akan
ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan
e. Akan ada respon yang cepat dari
organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon
demikian diperlukan.(Harsono, 2001:4)
Kondisi
fisik merupakan salah satu syarat yang dipergunakan dalam mencapai suatu prestasi. Untuk menghasilkan
puncak prestasi pada atlet, perlu adanya penerapan
latihan fisik yang terprogram secara sistematis.
Dari uraian
di atas telah jelas bahwa untuk melakukan
pembinaan kondisi fisik selalu memperhatikan penyusunan program latihan
fisik yang berkesinambungan.
Pembinaan kondisi fisik juga harus memperhatikan urutan kebutuhan komponen kondisi fisik yang dominan.
2.2 Komponen Kondisi Fisik
Kondisi
fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatannya maupun pemeliharaannya.
Artinya bahwa setiap usaha peningkatan kondisi
fisik, maka harus mengembangkan semua komponen
tersebut. Walaupun perlu dilakukan dengan sistem prioritas, (komponen apa yang
perlu mendapat porsi latihan lebih besar dibanding komponen lain) sesuai
dengan status yang diketahui setelah komponen tersebut diukur dan dinilai.
Menurut
Sajoto bahwa komponen kondisi fisik terdiri dari:
1)
Kekuatan
(Strength)
2)
Daya
tahan (Endurance)
3)
Daya
ledak otot (Muscular
Power)
4)
Kecepatan
(Speed)
5)
Kelentukan(Flexibility)
6)
Keseimbangan
(Balance)
7)
Kelincahan
(Agility)
8)
Koordinasi
(Coordination)
9)
Ketepatan
(Accuracy), dan
10) Reaksi (Reaction)(Sajoto, 1988:58)
Setiap atlet perlu memiliki komponen-komponen kondisi fisik
yang prima, agar mampu
mempertahankan dan meningkatkan prestasi serta mampu melakukan aktivitas sehari-hari penuh tenaga.
Adapun komponen tersebut sebagai berikut:
- Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot dalam mengatasi beban atau tahanan
(Sukadiyanto, 2005:81). Menurut Sajoto kekuatan adalah “Komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah
kemampuan seorang atlet pada saat
mempergunakan otot-ototnya, menerima beban
dalam waktu kerja tertentu” (Sajoto, 1988:58). Sedangkan menurut Harsono kekuatan adalah “Kemampuan otot untuk
membangkitkan tegangan (force) terhadap suatu tahanan” (Harsono, 2001:24). Secara
fisiologi kekuatan otot adalah
kemampuan neuromuskular untuk mengatasi tahanan beban luar dan beban dalam. Kesimpulannya, kekuatan adalah
kemampuan kontraksi seluruh sistem
otot dalam menerima beban/ tahanan baik yang berasal daridalam maupun dari luar dan mampu mengatasi suatu
tekanan dalam waktu kerja tertentu
sehingga kekuatan ini sebagai dasar dari komponen kondisi fisik lain guna menunjang komponen kondisi fisik
tersebut. Kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi otot dari
kemungkinan cedera, dengan kekuatan atlet akan dapat lebih cepat melakukan
teknik yang diinginkan. Jadi kekuatan
merupakan salah satu komponen kondisi fisik dan merupakan komponen yang sangat penting dalam penentuan
keberhasilan seorang atlet, terutama
untuk olahraga atletik yang memerlukan kekuatan maksimal (maximum strength) atau daya ledak(explosive power) atau daya tahan kekuatan (strength
endurance). Selain itu kekuatan
juga sangat dibutuhkan oleh seorang
atlet untuk meningkatkan kondisi fisik keseluruhan. Kekuatan merupakan komponen
yang paling mendasar dan sangat penting dalam olahraga. Karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas
fisik, berperan untuk mencegah
cedera, dan merupakan komponen kondisi fisik lainnya. Meskipun banyak aktivitas olahraga lebih memerlukan agility, speed,keseimbangan, koordinasi, dan sebagainya.
Tetapi faktor tersebut harus dikombinasikan
dengan kekuatan yang
merupakanbasis bagi komponen kondisi fisik lainnya. Dalam bola voli,
kekuatan digunakan untuk
servis ataupun mengembalikan smash lawan. Sedangkan pada bolabasket
kekuatan digunakan untuk reborn atau mengambil bola yang gagal poin untuk merebut bola dari lawan. Sedangkan aplikasi kekuatan
dalam atletik adalah untuk melawan startblock ketika
melakukan lari sprint yang
menggunakan start jongkok. Kekuatan dapat dilatih dengan latihan tahanan, dimana kita harus mengangkat,
mendorong atau menarik suatu beban, baik
beban kita sendiri maupun beban dari luar.
- Daya tahan (Endurance)
Menurut Sajoto daya tahan adalah "kemampuan seseorang dalam meningkatkan kemampuan seluruh tubuh untuk selalu
bergerak dalam tempo sedang sampai
cepat yang cukup lama," (Sajoto, 1988:192).
Daya tahan dibagi menjadi dua
komponen, yaitu daya tahan
kardiorespirasi dan daya tahan otot. Daya
tahan kardiorespirasi atau daya tahan jantung dan paru adalah kemampuan jantung (sistem peredaran darah) dan
paru (pernapasan) untuk berfungsi secara optimal saat melakukan
aktivitas sehari-hari dalam waktu cukup
lama tanpa mengalami kelelahan berarti. Daya tahan ini sangat penting untuk menunjang kerja otot, yaitu dengan
mengambil oksigen melalui pernapasan dan
mengirimnya ke otot-otot
yang sedang aktif atau berkonsentrasi
melalui peredaran darah.
Sedangkan daya tahan otot merupakan kapasitas otot untuk
melakukan kontraksi secara terus menerus pada tingkat intensitas sub maksimal. Tujuan latihan daya tahan adalah meningkatkan kemampuan daya tahan aerobik dan daya
tahan otot. Artinya, seorang atlet
dipacu untuk berlari dan bergerak dalam waktu lama dan tidak mengalami kelelahan yang berarti. Kemampuan daya
tahan dan stamina dapat dikembangkan melalui kegiatan Ian dan gerakan-gerakan
lain yang memiliki nilai aerobik
Untuk
mempertahankan atau meningkatkan daya tahan kardiorespirasi adalah dengan melakukan latihan
aerobik atau lariJogging)
selama 40-60 menit
dengan kecepatan yang bervariasi. Sedangkan daya tahan otot itu sendiri mengacu pada suatu kelompok
otot yangmampu untuk melakukan kontraksi berturut-turut untuk waktu yang lama, misalnya latihan push up dan sit up.
- Daya ledak Otot (Muscular Power)
Kemampuan daya ledak otot atau yang sering kita
sebut power, ini sangat dipengaruhi oleh dua unsur komponen
kondisi fisik lainnya yaitu kekuatan otot dan
kecepatan. Kedua komponen kondisi fisik ini tidak dapat dipisahkan karena pada prinsip kerjanya kedua komponen kondisi fisik ini bekerja bersama untuk menghasilkan kemampuan daya
ledak otot (power), dan dasar dari pembentukan power ini adalah kekuatan, maka sebelum melatih kondisi fisik power haruslah
terlebih dahulu dilatih kekuatan.
Daya
ledak otot atau muscular power adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum,
dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya(Sajoto, 1988:58).
Daya ledak diperlukan semua cabang olahraga
tak terkecuali cabang olahraga atletik, karena selain kekuatan terdapat pula kecepatan. Sehingga latihan yang
diberikan kepada atlet untuk meningkatkan
daya ledak yaitu tidak hanya faktor beban saja tetapi harus memperhatikan faktor kecepatan konstraksinya.
Dengan demikian bahwa daya ledak
merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat diperlukan untuk performance
seorang atlet khususnya cabang
olahraga atletik.
Power merupakan komponen yang banyak dibutuhkan dalam
unjuk kerja terutama pada
unjuk kerja yang bersifat daya ledak otot (eksplosive). Dalam olahraga atletik, aplikasi daripower mempunyai
pengaruh besar pada lompat jauh dan jangkit.
Sedangkan pada olahraga tinju, power ini digunakan untuk memukul
lawan. Bentuk latihan untuk melatih power adalah lompat gawang
kecil dan plyometric.
4. Kecepatan(Speed)
Kecepatansendiri menurut Harsono (2001:36) adalah kemampuan untuk melakukan
gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya,
atau kemampuan untuk menempuh
suatu jarak dalam waktu yang cepat. Sedangkan menurut Sukadiyanto (2005:106) "Kecepatan adalah kemampuan otot atau
sekelompok otot untuk menjawab rangsangan
dalam waktu secepat dan sesingkat mungkin". Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan
adalah kemampuan otot dalam menjawab
rangsangan untuk melakukan gerakan-gerakan sejenis dalam mencapai jarak tertentu dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Satu-satunya
yang sulit dalam pembinaan mutu kondisi fisik adalah meningkatkan
kecepatan berlari, karena iniuntuk
sebagian besar merupakan keturunan atau sifat bawaan seseorang. Untuk
menghasilkan kecepatan dengan baik maka dibutuhkan latihan-latihan yang :
mendukung komponen kondisi fisik tersebut yang sebaiknya diberikan kepada atlet
setelah memiliki komponen kekuatan. Dalam olahraga atletik kecepatan sangat
diperlukan misalnya dalam pencapaian suatu
jarak tertentu pada lari. Sedangkan pada bola voli kecepatan juga sangat
diperlukan misalnya kecepatan memukul bola,
memblok atau mengembalikan smash dari serangan lawan. Bentuk latihan untuk melatih kecepatan adalah lari cepat dalam jarak
dekat, back to back, dan lain-lain.
- Kelentukan(Flexibility)
Menurut Sajoto kelentukan adalah
"keefektifan seseorang dalam menguasai dirinya, untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan
penguluran seluas-luasnya,
terutama otot-otot, ligamen-ligamen di sekitar persendian" (Sajoto, 1988:58). Seorang atlet yang
tidak memiliki kelenturan dia akancenderung akan sedikit sulit dalam melakukan gerakan apalagi dengan
gerakan yang kompleks dan dia akan terlihat kaku.
Sebaliknya seorang atlet memiliki kelenturan
dia akan lebih mudah dalam melakukan gerakan dan lebih efisien dan mengurangi risiko cedera.
Kelentukan merupakan komponen kondisi
fisik yang penting sekali dalam hampir semua
cabang olahraga, terutama cabang-cabang olahraga yang banyak menuntut gerak sendi, salah satunya cabang olahraga
atletik khususnya nomor lompat tinggi.
Harsono menyatakan bahwa
perbaikan dalam kelentukan akan dapat:
a) Mengurangi kemungkinan terjadinya
cedera-cederapada otot dansendi.
b) Membantu dalam mengembangkan kecepatan,
koordinasi dan kelincahan.
c) Membantu memperkembang prestasi
d) Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu
melakukan gerakan-gerakan.
e) Membantu memperbaiki sikap tubuh.
(Harsono,
2001:15)
- Keseimbangan(Balance)
Keseimbangan adalah kemampuan seseorang
mengendalikan organ-organ syaraf ototnya, selama melakukan gerakan-gerakan
yang cepat, dengan perubahan letak titik bobot badan
yang cepat pula baik dalam keadaan statis maupun
dalam gerak dinamis (Sajoto, 1988:58).
Keseimbangan
terbagi menjadi dua, (a). Keseimbangan statis adalah kemampuan
tubuh mempertahankan keseimbangan dalam posisi tetap. (b). Keseimbangan dinamis adalah
kemampuan mempertahankan keseimbangan pada waktu melakukan gerak don' satu
posisi kearah posisi lain. Dalam
olahraga senam alat, keseimbangan ini memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi. Dimana seorang pesenam
mampu melakukan gerakan-gerakan yang
indah di atas alat yang digunakan. Sedangkan pada atletik, keseimbangan ini digunakan untuk
spesialisasi tolak peluru setelah atlet
melakukan tolakan.
7. Kelincahan(Agility)
Kelincahan adalah kemampuanuntuk
mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat
dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya
(Harsono, 2001:21). Jadi kelincahan
bukan hanya menuntut kecepatan, akan tetapi juga fleksibilitas yang baik dari sendi-sendi anggota tubuh. Tanpa
memiliki kelincahan seorang atlet
tidak akan bisa bergerak lincah, selain itu faktor keseimbangan juga penting dalam agility. Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya agility atau kelincahan adalah kombinasi
kecepatan, kekuatan, kecepatan reaksi,
keseimbangan, kelentukan, dan koordinasi. Bentuk latihan untuk mengembangkan kelincahan adalah lari bolak-balik
atau shuttle run, dalam latihan
seorang atlet dituntut lari cepat, belok cepat, tidak kehilangan keseimbangan dan posisi tubuh. Kelincahan ini
sangat diperlukan dalamcabang olahraga
atletik, karena dalam olahraga ini unsur kelincahan memegang peranan penting terutama nomor-nomor
tehnik, seperti lari gawang, lompat
tinggi dan lain-lain. Sedangkan pada olahraga bulutangkis, kelincahan
ini berfungsi untuk merubah arah setelah melakukan pukulan.
- Koordinasi(Coordination)
Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan
efisien dan penuh ketepatan (Tangkudung,
2006:67). Dalam bukunya Nurhasan (2005:21) mengemukakan bahwa komponen koordinasi menjadi dasar bagi
usaha belajar yang bersifat sensomotorik.
Makin
tinggi tingkat kemampuan koordinasi akan makin cepat danefektif dalam mempelajari suatu gerakan.
Sedangkan menurut Sukadiyanto (2005:139) "Koordinasi
merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang dan persendian dalam menghasilkan satu gerakan yang efektif dan efisien.
Aplikasi koordinasi dalam atletik
adalah kemampuan merubah arah tubuh saat melakukan lompat tinggi galah. Yaitu
kemampuan berlari membawa galah, menumpu yang memerlukan ketepatan, hingga
melewati mistar. Sedangkan pada olahraga
hoki, sangat membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang baik. Seorang atlet hoki harus bisa mengendalikan
pergerakan bola hoki yang tergolong kecil dengan menggunakan stick hoki, supaya bisa memainkan bola hoki dan bisa melihat posisi kawan untuk bekerjasama atau untuk melihat posisi lawan untuk dihindari. Bentuk latihan
koordinasi yang diberikan adalah lari
ABC, lari kijang dan berbagai gerakan yang menyerupai gerakan lari.
- Reaksi(Reaction)
Reaksi(Reaction) adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya, dalam menanggapi rangsangan-rangsangan
yang datang lewat indera,
syaraf, atau feeling lainnya (Sajoto, 1988:59).
Bentuk
latihan yang diberikan adalah latihanstart dengan
berbagai modifikasi, misalnya dengan
jongkok, tidur tengkurap, duduk selonjor, dan lain-lain. Reaksi ini berfungsi sebagai ketepatan dalam melakukan start. Sedangkan aplikasi reaksi dalam
sepak bola adalah pada saat pemain sedang menggiring
bola, terutama pada situasi man to
man pemain harus bereaksi cepat
untuk dapat meloloskan diri dari hadangan lawannya dan apabila hal tersebut dapat terlaksana dengan baik maka tidak
menutup kemungkinan untuk menciptakan
peluang terjadi gol.
- Stamina.
Stamina adalah tingkat yang lebih tinggi dari daya tahan (endurance). Otomatis
kemampuan aerobiknya lebih tinggi dari pada kemampuan aerobik pada daya tahan bahkan dirubah menjadi kemampuan anaerobik.
Menurut Harsono terdapat
beberapa cara untuk meningkatkan daya tahan menjadi stamina adalah:
1. Memperjauh jarak lari atau renang
dengan tetapmemperhatikan tempo
yang tinggi.
2. Mempertinggi tempo (kecepatan 90% sampai
100% maksimal).
3. Memperkuat otot-otot yang dibutuhkan
untuk kerja tersebut. (Harsono,
2001:15)
Melihat pernyataan di atas bahwa kemampuan daya tahan itu dapat ditingkatkan menjadi lebih tinggi.Menurut Harsono stamina adalah
"Tingkatan daya tahan yang lebih tinggi derajatnya daripada endurance" (Harsono, 200L14). Oleh karena itu atlet haruslah dilatih dengan
intensitas yang semakin lama semakin tinggi intensitasnya,
sehingga kemampuannya untuk bertahan terhadap rasa lelah semakin lama semakin meningkat. Dalam olahraga
atletik, stamina ini digunakan untuk pelari
jarak menengah hingga jauh agar dapat
mempertahankan kecepatan tertentu.
Sedangkan pada sepakbola, stamina ini berfungsi untuk melakukan gerakan
yang relatif lama yang mengacu pada waktu.
2.3 Norma Tes Kondisi Fisik
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah melalui
parameter tes dengan melakukan 4 (empat) butir tes secara berurutan. Dengan
selang waktu istirahat tidak lebih dari 5 menit antara item tes yang satu dengan
item tes berikutnya yang menggunakan norma usia 16-19 tahunadalah terdiri dari 6 (enam) item tes yang juga
dilaksanakan secara berurutan. Adapun
baterei tesnya adalah:
1. Tes Kecepatan
Alat ukur : Stopwatch CASIO
Fasilitas : Lintasan sepanjang lebih dari 60 meter Cara pengukuran
Norma pengukuran:
Tabel 2.1 Norma tes
kecepatan
Putri
|
Status
|
Putra
|
< 7,54 det
|
Sangat baik
|
< 6,44 det
|
7,54 –8,13 det
|
Baik
|
6,44–7,31 det
|
8,13 –8,43 det
|
Cukup
|
7,31–7,75
det
|
8,43 – 9,32 det
|
Kurang
|
7,75 – 9,06 det
|
> 9,32 det
|
Sangat kurang
|
>9,06 det
|
(Lumintuarso, 2001)
2. Tes Lemparan Depan (Shocken)
Bentuk Tes : Lemparan depan (shocken)
Tujuan : Untuk mengukur kemampuan
koordinasi tungkai dan
lengan.
lengan.
Alat pengukur : Meteran TAJIMA
Fasilitas : Peluru 3 Kg (Putri), dan 4 Kg
(Putra)
Norma pengukuran :
Tabel 2.2. Norma Tes Shocken Depan
Putri
|
Status
|
Putra
|
> 11,19 m
|
Sangat baik
|
> 14,41 m
|
11, 19–9,44 m
|
Baik
|
1 1,91 – 14,41 m
|
9,44 –8,56 m
|
Cukup
|
11,91 –10,66 m
|
8,56 –5,93 m
|
Kurang
|
10,66 –6,91 m
|
< 5,93 m
|
Sangat kurang
|
< 6,91 m
|
(Lumintuarso, 2001)
3. Tes Lemparan Belakang (Shocken)
Bentuk Tes : Lemparan
belakang (shock-en)
Tujuan : Untuk mengukur kemampuan
koordinasitungkaidan
lengan.
lengan.
Alat pengukur : Meteran TAJIMA
Norma pengukuran :
Tabel 2.3. Norma Tes Shocken Belakang
Putri
|
Status
|
Putra
|
> 11,49 m
|
Sangat baik
|
> 14,32 m
|
10, 04 –9,34 m
|
Baik
|
1 1,76– 14,32 m
|
9,34 –8,49 m
|
Cukup
|
11,76–10,49 m
|
8,49–5,94 m
|
Kurang
|
10,49–5,93m
|
< 5,94 m
|
Sangat kurang
|
<5,93 m
|
(Lumintuarso, 2001)
4. Tes StandingTriple Jump (Kanan dan Kiri)
Bentuk Tes : Lompat 1 kaki kanan/ kiri tanpa awalan
(Standing TripleJump)
(Standing TripleJump)
Tujuan : Untuk mengukur kemampuan power tungkai
Alat pengukur : Meteran TAJIMA
Norma pengukuran : lihat tabel
Tabel 2.4 Norma Tes standing
triple jump putra
Kiri
|
Satuan
|
Kanan
|
>9,34m
8,18
– 9,34m
8,18
– 7,60m
7,60
– 5,87m
<5,87m
|
Sangat
baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
kurang
|
>9,40m
8,23
– 9,40m
8,23
– 7,65m
7,65
– 5,90m
<5,90m
|
(Lumintuarso, 2001)
Tabel 2.5 Norma Tes standing
triple jump putri
Kiri
|
Satuan
|
Kanan
|
>8,05m
8,05
– 7,16m
7,16
– 6,71m
6,71
– 5,37m
<5,37m
|
Sangat
baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
kurang
|
>8,09m
8,09
– 7,18m
7,18
– 6,73m
6,73
– 5,36m
<5,36m
|
(Lumintuarso, 2001)
5. Tes Daya Tahan (2400m)
Bentuk tes : lari 2400m
Tujuan : untuk mengukur kemampuan
daya tahan
Alat pengukur : stopwatch CASIO
Fasilitas : lintasan
Norma pengukuran :
Tabel 2.6 Norma Tes Daya Tahan
Putri
|
Status
|
Putra
|
<9’
10”
9’
10” – 10’ 42”
10’42”
– 11’ 31”
11’
31” – 13’ 10”
>13’
10”
|
Sangat
baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
kurang
|
<6’28”
6’28” – 8’42”
8’42” – 9’49”
9’49” – 13’10”
>13’10”
|
(Lumintuarso, 2001)
2.4 Pengukuran Kondisi Fisik
Setelah mengetahui kondisi fisik secara umum beserta komponen-komponen kondisi fisik yang merupakan kesatuan
utuh dan dapat diketahui ciri-cirinya
masing-masing, maka yang perlu diketahui selanjutnya adalah bagaimana mengetahui status atau keadaan kondisi fisik yang
dimiliki seorang atlet. Kriteria dan
kemampuan seorang atlet hanya mungkin diketahui melalui pengukuran dan penilaian yang berbentuk tes kemampuan kondisi
fisik yang hasilnya dapat dipergunakan
sebagai acuan untuk menentukan setiap nomor lomba yang tepat dan sesuai bagi atlet, agar nantinya diharapkan atlet
tersebut dapat berprestasi maksimal. Tes ini merupakan alat yang digunakan sebagai penilaian kriteriakemampuan potensi atlet. Tes adalah
instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang individu, atau objek, (Budi,inez.2008.www.Chlples.wordpress.com). Sebagai alat pengumpul
informasi atau data, tes harus
dirancang secara khusus. Kekhususan tes terlihat dan bentuk tes yang digunakan,
waktu dirancang menurut kriteria yang telah ditetapkan. Kekhususan berbeda antara
satu tes dengan tes yang lain.
Pengukuran
adalah proses
pengumpulan data atau informasi yang dilakukan secara objektif (Budi,inez.2008.www.Chlples.wordpress.com).
Melalui kegiatan pengukuran segala
program yang menyangkut perkembangan dalam bidang apa saja dapat dikontrol dan dievaluasi. Hasil pengukuran berupa kuantifikasi dari jarak, waktu, jumlah, dan ukuran
dsb. Hasil dari pengukuran dinyatakan
dalam bentuk angka yang dapat diolah secara statistik.
Sajoto menyatakan bahwa " Pengukuran dan penilaian adalah dua masalah yang akan saling tergantung antara satu dengan
lainnya. Pengukuran adalah kumpulan informasi dari sesuatu yang diukur,
hasilnya hanyalah data-data atau angka-angka
hasil pengukuran. Sedangkan penilaian
adalah pengolahan hasil pengukuran, menjadi suatu yang lebih berarti"
(Sajoto, 1988:60).
Dengan
demikian Tes, pengukuran, dan penilaian adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Pengukuran
menyediakan sarana yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi yang diperlukan, tes adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan informasi.
Sedangkan penilaian adalah proses pemberian arti terhadap data atau skor
yang telah diperoleh.
Adapun
komponen dari tes tersebut untuk usia 16-19 tahun
adalah Iari cepat 60 meter, shock depan, shock belakang, standing
triple jump kanan, standing triple jump kiri dan lari 2400 meter. Semua item dilakukan
2 kali dan diambil hasil yang terbaik dengan istirahat setiap item tidak lebih dari 5 menit. Agar data dan hasil yang
diperoleh valid, maka prosedur tersebut harus dilaksanakan secara
berurutan dan sesuai prosedur.
Menurut
Arikunto, validitas adalah "Suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat validitas atau
kesahihan suatu instrumen, (Arikunto, 2006:168). Sedangkan reabilitas adalah bahwa suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik, (Arikunto, 2006:178). Pengukuran hanya berhenti sampai pada tingkat pengumpulan data dengan menggunakan
alat-alat tes yang memadai, misalnya
tes kecepatan lari60 meter dan tes daya tahan 800 meter diukur dengan stopwatch, tes shocken depan yang
jauhnya lemparan diukur dengan meteran.
Setelah
mengetahui dan memahami kondisi fisik dan melakukan tes kemampuan kondisi fisik maka seorang peneliti dapat menentukan baik
buruknya kemampuan kondisi fisik yang dimiliki atlet
yang diteliti. Adapun kegunaan tes dan pengukuran adalah:
1. Mengelompokkan sesuai kemampuan.
2. Mendiagnosa kelemahan.
3. Membebaskan dari program latihan tertentu.
4. Memotivasi atlet.
5. Memprediksi kemampuan atlet mendatang.
6. Mengevaluasi program dan pelaksanaan latihan.
7. Merevisi program dan pelaksanaan latihan.
Banyak ahli berpendapat
bahwa kondisi fisik merupakan aspek kesehatan yang penting untuk diperhatikan
di samping aspek-aspek lain. Menurut Sajoto (1988: 57) "Kondisi fisik yang
harus dimiliki oleh olahragawan untuk berprestasi dengan status setiap
komponennya harus berada dalan kategori baik atau baik sekali". Pada
hakekatnya seluruh aspek bersama-sama dibina dan dikembangkan secara seimbang
untuk memperoleh hasil yang optimal. Artinya bahwa setiap usaha peningkatan
kemampuan kondisi fisik, maka harus mengembangkan semua komponen tersebut,
walaupun perlu dilakukan dengan sistem prioritas, (komponen apa yang perlu
mendapat porsi latihan lebih besar dibanding komponen lain).
0 komentar:
Post a Comment