Thursday, 3 December 2015

Skripsi Penjasorkes terbaru tentang Profil Kondisi Fisik Atlet lari jarak jauh PASI Pengkab Pamekasan (usia 16-19 tahun) BAB II



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1  Definisi Kondisi Fisik
Pengertian kondisi fisik dalam olahraga yaitu suatu kualitas fisik dan kemampuan fungsional peralatan tubuh individu dalam memenuhi tuntutan prestasi yang optimal pada spesifikasi cabang olahraga tertentu. Latihan kondisi fisik didisain khusus melalui pentahapan yang sistematis dan metodis untuk pengembangan kondisi fisik lebih optimal. Kondisi fisik menjadi hal yang penting bagi atlet yang dilatih sebab kondisi fisik sebagai fondasi untuk belajar teknik, taktik, strategi, dan mental. Drilling teknik dan taktik yang intensif dengan gerakan yang komplek adalah satu cara meningkatkan komponen fisik yang komplek pula. Manfaat latihan fisik yang baik akan meraih prestasi yang lebih baik, tidak mudah cidera dan cepat pulih bila cidera, mencegah kelelahan mental dan memperbaiki konsentrasi, mudah pulih setelah latihan berat dan kompetisi berat, tidak lelah sekalipun dalam pertandingan lama, jarang nyeri otot dan meningkatkan rasa percaya diri.
http://lutfhiabdil.wordpress.com/2010/10/05/pembinaan-kondisi-fisik-olahraga/.
6
 
Pengertian latihan ini dapat mengandung beberapa makna dalam bahasa inggris yaitu practise, exrcise, dan training. Dalam istlah bahasa Indonesia kata-kata tersebut mempunyai arti yang sama yaitu latihan dan setelah diaplikasikan di lapangan memang nampak sama kegiatannya yaitu aktivitas fisik. Pengertian latihan yang berasal dari kata:
Practise: aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya.
Exercises: perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya.
Training: suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur sehingga tujuan dan sasaran latihan dapat tercapai tepat pada waktunya.
Latihan :proses berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana berulang-ulang dan semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederahana ke yang lebih kompleks (sistematis dan metodis).
Salah satu ciri dari latihan, baik yang berasal dari kata dalam bahasa Inggris maupun dari bahasa Indonesia, adalah adanya beban latihan. Oleh karena diperlukannya beban latihan selama proses berlatih melatih agar hasil latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap, dan sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama. Sasaran utama dari latihan fisik adalah utuk meningkatkan kualitas kebugaran energi (energy fitness) dan kebugaran otot( muscular fitness). Kebugaran energi meliputi peningkatan kemampuam aerobik dan anaerobik baik yang alaktik maupun laktik. Untuk kebugaran otot meliputi peningkatan kemampuan biomotor yang antara lain mencakup: kekuatan, ketahanan, kecepatan, power, kelentukan, keseimbangan, koordinasi, dan kelincahan. Beban latihan merupakan rangsang motorik (gerak) yang dapat diatur dan dikontrol oleh pelatih maupun olahragawan untuk memperbaiki kualitas fungsional berbagai peralatan tubuh.
Tugas utama dalam latihan adalah menggali, menyusun dan mengembangkan konsep berlatih dengan memadukan antara pengalaman praktis dan pendekatan keilmuan, sehingga proses berlatih melatih dapat berlangsung tepat, cepat, efektif, dan efisien. Sehingga proses latihan tersebut selalu bercirikan antara lain:
a.Proses latihan harus teratur dan bersifat progresif.
b.Materi latihan harus berisikan materi teoti dan praktek.
c.Pada setiap kali tatap muka harus memiliki tujuan dan sasaran.
d.Menggunakan metode tertentu.
e.Mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik dalam berolahraga, yang memerlukan waktu tertentu (pentahapan), serta memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat.
Adapun sasaran dan tujuan latihan secara garis besar, antara lain untuk: (a) meningkatkan kualitas kondisi fisik dasar secara umum dan menyeluruh, (b) mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus, (c) menambah dan menyempurnakan teknik, dan (e) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding.
Prinsip latihan merupakan hal-hal yang harus ditaati, dilakukan atau dihindari agar tujuan latihan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting terhadap aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Dengan memahami prinsip-prinsip latihan, akan mendukung upaya dalam meningkatan kualitas latihan. Selain itu, akan dapat menghindarkan olahragawan dari rasa sakit dan timbulnya cidera selam dalm proses latihan. Dalam mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip latihan ini harus hati-hati, serta memerlukan ketelitian, ketepatan dalam penyusunan dan pelaksanaan program. Pada dasarnya latihan olahraga adalah merusak, tetapi proses perusakan yang dilakukan agar berubah menjadi lebih baik, tetapi dengan syarat pelaksanaan latihan harus mengacu dan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan. Beberapa prinsip-prinsip latihan yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman agar tujuan latihan tercapai dalam satu kalitatap muka, antara lain: prinsip kesiapan, individual, adaptasi, beban lebih, progresif, spesifik, variasi, pemanasan dan pendinginan, latihan jangka panjang, prinsip berkebalikan, tidak berlebihan, dan sistematik.
Pada tujuan latihan, prinsip kesiapan harus sesuai dengan materi, dosis latihan dan usia olahragawan. Pada prinsip individual, setiap olahragawan akan berbeda dalam merespon beban latihan sehingga beban latihan setiap orang tidak dapat disamakan. Faktor yang menyebabkan perbedaan kemampuan anak dalam merespon beban latihan antara lain faktor keturunan, kematangan, gizi, waktu istirahat dan tidur, kebugaran, lingkungan, sakit cidera, dan motivasi. Pada prinsip adaptasi, organ tubuh manusia cinderung selalu mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya. Sehingga kemampuan manusia dapat dipengaruhi dan ditingkatkan melalui latihan. Latihan menyebabkan terjadinya proses adaptasi pada organ tubuh. Tingkat kecepatan tubuh olahragawan mengadaptasi setiap beban latihan tergantung dari usia, usia latihan, kualitas kebugaran otot, kebugaran energi, dan kualitas latihannya. Ciri-ciri terjadinya proses adaptasi pada tubuh akibat dari latihan, yaitu: (1) kemampuan fisiologis ditandai dengan membaiknya sistem pernafasan, fungsi jantung, paru, sirkulasi darah, dan volume darah, (2) meningkatnya kemampuan fisik yaitu ketahan otot, kekuatan dan power, (3) tulang ligamenta, tendo, dan hubungan jaringan otot menjadi lebih kuat. Pada prinsip beban lebih (overload) dilakukan secara progresif dan diubah sesuai dengan tingkat perubahan yang terjadi pada olahragawan. Pada prinsip beban lebih, latihan harus mencapai atau melampui sedikit di atas ambang rangsang, sehingga beban latihan harus memenuhi prinsip moderat dan meningkat secara progresif. Dengan memperhatikan tiga faktor yaitu frekuensi, intensitas, dan durasi. Pada prinsip progresif, hampir sama dengan prinsip beban lebih, dilaksanakan secara bertahap maju dan berkalanjutan. Dalam menerapkannya dilakukan bertahap, cermat, konyinyu, tepat. Pada prinsip selanjutnya setiap bentuk latihan harus sesuai dengan kebutuhan cabang olahraganya, program latihan harus disusun dengan variatif untuk menghindari kejenuhan, kengganan dan keresahan yang merupakan kelelahan secara psikologis.
http://lutfhiabdil.wordpress.com/2010/10/05/pembinaan-kondisi-fisik-olahraga/
Kondisi fisik dapat dikatakan sebagai dasar landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi seorang atlet.Menurut Harsono, kondisi fisik yang baikakan berpengaruh terhadap fungsi dan sistem organisme tubuh, antara lain:
a.    Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerjajantung
b.    Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina dan kondisifisik lainnya.
c.    Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan
d.   Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan
e.    Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu­-waktu respon demikian diperlukan.(Harsono, 2001:4)
Kondisi fisik merupakan salah satu syarat yang dipergunakan dalam mencapai suatu prestasi. Untuk menghasilkan puncak prestasi pada atlet, perlu adanya penerapan latihan fisik yang terprogram secara sistematis.
Dari uraian di atas telah jelas bahwa untuk melakukan pembinaan kondisi fisik selalu memperhatikan penyusunan program latihan fisik yang berkesinambungan. Pembinaan kondisi fisik juga harus memperhatikan urutan kebutuhan komponen kondisi fisik yang dominan.
2.2  Komponen Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatannya maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa setiap usaha peningkatan kondisi fisik, maka harus mengembangkan semua komponen tersebut. Walaupun perlu dilakukan dengan sistem prioritas, (komponen apa yang perlu mendapat porsi latihan lebih besar dibanding komponen lain) sesuai dengan status yang diketahui setelah komponen tersebut diukur dan dinilai.
Menurut Sajoto bahwa komponen kondisi fisik terdiri dari:
1)      Kekuatan (Strength)
2)      Daya tahan (Endurance)
3)      Daya ledak otot (Muscular Power)
4)      Kecepatan (Speed)
5)      Kelentukan(Flexibility)
6)      Keseimbangan (Balance)
7)      Kelincahan (Agility)
8)      Koordinasi (Coordination)
9)      Ketepatan (Accuracy), dan
10)  Reaksi (Reaction)(Sajoto, 1988:58)
Setiap atlet perlu memiliki komponen-komponen kondisi fisik yang prima, agar mampu mempertahankan dan meningkatkan prestasi serta mampu melakukan aktivitas sehari-hari penuh tenaga. Adapun komponen tersebut sebagai berikut:
  1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot dalam mengatasi beban atau tahanan (Sukadiyanto, 2005:81). Menurut Sajoto kekuatan adalah “Komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu” (Sajoto, 1988:58). Sedangkan menurut Harsono kekuatan adalah “Kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan (force) terhadap suatu tahanan” (Harsono, 2001:24). Secara fisiologi kekuatan otot adalah kemampuan neuromuskular untuk mengatasi tahanan beban luar dan beban dalam. Kesimpulannya, kekuatan adalah kemampuan kontraksi seluruh sistem otot dalam menerima beban/ tahanan baik yang berasal daridalam maupun dari luar dan mampu mengatasi suatu tekanan dalam waktu kerja tertentu sehingga kekuatan ini sebagai dasar dari komponen kondisi fisik lain guna menunjang komponen kondisi fisik tersebut. Kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi otot dari kemungkinan cedera, dengan kekuatan atlet akan dapat lebih cepat melakukan teknik yang diinginkan. Jadi kekuatan merupakan salah satu komponen kondisi fisik dan merupakan komponen yang sangat penting dalam penentuan keberhasilan seorang atlet, terutama untuk olahraga atletik yang memerlukan kekuatan maksimal (maximum strength) atau daya ledak(explosive power) atau daya tahan kekuatan (strength endurance). Selain itu kekuatan juga sangat dibutuhkan oleh seorang atlet untuk meningkatkan kondisi fisik keseluruhan. Kekuatan merupakan komponen yang paling mendasar dan sangat penting dalam olahraga. Karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, berperan untuk mencegah cedera, dan merupakan komponen kondisi fisik lainnya. Meskipun banyak aktivitas olahraga lebih memerlukan agility, speed,keseimbangan, koordinasi, dan sebagainya. Tetapi faktor tersebut harus dikombinasikan dengan kekuatan yang merupakanbasis bagi komponen kondisi fisik lainnya. Dalam bola voli, kekuatan digunakan untuk servis ataupun mengembalikan smash lawan. Sedangkan pada bolabasket kekuatan digunakan untuk reborn atau mengambil bola yang gagal poin untuk merebut bola dari lawan. Sedangkan aplikasi kekuatan dalam atletik adalah untuk melawan startblock ketika melakukan lari sprint yang menggunakan start jongkok. Kekuatan dapat dilatih dengan latihan tahanan, dimana kita harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban, baik beban kita sendiri maupun beban dari luar.
  1. Daya tahan (Endurance)
Menurut Sajoto daya tahan adalah "kemampuan seseorang dalam meningkatkan kemampuan seluruh tubuh untuk selalu bergerak dalam tempo sedang sampai cepat yang cukup lama," (Sajoto, 1988:192). Daya tahan dibagi menjadi dua komponen, yaitu daya tahan kardiorespirasi dan daya tahan otot. Daya tahan kardiorespirasi atau daya tahan jantung dan paru adalah kemampuan jantung (sistem peredaran darah) dan paru (pernapasan) untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu cukup lama tanpa mengalami kelelahan berarti. Daya tahan ini sangat penting untuk menunjang kerja otot, yaitu dengan mengambil oksigen melalui pernapasan dan mengirimnya ke otot-otot yang sedang aktif atau berkonsentrasi melalui peredaran darah. Sedangkan daya tahan otot merupakan kapasitas otot untuk melakukan kontraksi secara terus menerus pada tingkat intensitas sub maksimal. Tujuan latihan daya tahan adalah meningkatkan kemampuan daya tahan aerobik dan daya tahan otot. Artinya, seorang atlet dipacu untuk berlari dan bergerak dalam waktu lama dan tidak mengalami kelelahan yang berarti. Kemampuan daya tahan dan stamina dapat dikembangkan melalui kegiatan Ian dan gerakan-gerakan lain yang memiliki nilai aerobik­
Untuk mempertahankan atau meningkatkan daya tahan kardiorespirasi adalah dengan melakukan latihan aerobik atau lariJogging) selama 40-60 menit dengan kecepatan yang bervariasi. Sedangkan daya tahan otot itu sendiri mengacu pada suatu kelompok otot yangmampu untuk melakukan kontraksi berturut-turut untuk waktu yang lama, misalnya latihan push up dan sit up.
  1. Daya ledak Otot (Muscular Power)
Kemampuan daya ledak otot atau yang sering kita sebut power, ini sangat dipengaruhi oleh dua unsur komponen kondisi fisik lainnya yaitu kekuatan otot dan kecepatan. Kedua komponen kondisi fisik ini tidak dapat dipisahkan karena pada prinsip kerjanya kedua komponen kondisi fisik ini bekerja bersama untuk menghasilkan kemampuan daya ledak otot (power), dan dasar dari pembentukan power ini adalah kekuatan, maka sebelum melatih kondisi fisik power haruslah terlebih dahulu dilatih kekuatan.
Daya ledak otot atau muscular power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya(Sajoto, 1988:58). Daya ledak diperlukan semua cabang olahraga tak terkecuali cabang olahraga atletik, karena selain kekuatan terdapat pula kecepatan. Sehingga latihan yang diberikan kepada atlet untuk meningkatkan daya ledak yaitu tidak hanya faktor beban saja tetapi harus memperhatikan faktor kecepatan konstraksinya. Dengan demikian bahwa daya ledak merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat diperlukan untuk performance seorang atlet khususnya cabang olahraga atletik.
Power merupakan komponen yang banyak dibutuhkan dalam unjuk kerja terutama pada unjuk kerja yang bersifat daya ledak otot (eksplosive). Dalam olahraga atletik, aplikasi daripower mempunyai pengaruh besar pada lompat jauh dan jangkit. Sedangkan pada olahraga tinju, power ini digunakan untuk memukul lawan. Bentuk latihan untuk melatih power adalah lompat gawang kecil dan plyometric.
4.      Kecepatan(Speed)
Kecepatansendiri menurut Harsono (2001:36) adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang cepat. Sedangkan menurut Sukadiyanto (2005:106) "Kecepatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk menjawab rangsangan dalam waktu secepat dan sesingkat mungkin". Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan otot dalam menjawab rangsangan untuk melakukan gerakan-gerakan sejenis dalam mencapai jarak tertentu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Satu-satunya yang sulit dalam pembinaan mutu kondisi fisik adalah meningkatkan kecepatan berlari, karena iniuntuk sebagian besar merupakan keturunan atau sifat bawaan seseorang. Untuk menghasilkan kecepatan dengan baik maka dibutuhkan latihan-latihan yang : mendukung komponen kondisi fisik tersebut yang sebaiknya diberikan kepada atlet setelah memiliki komponen kekuatan. Dalam olahraga atletik kecepatan sangat diperlukan misalnya dalam pencapaian suatu jarak tertentu pada lari. Sedangkan pada bola voli kecepatan juga sangat diperlukan misalnya kecepatan memukul bola, memblok atau mengembalikan smash dari serangan lawan. Bentuk latihan untuk melatih kecepatan adalah lari cepat dalam jarak dekat, back to back, dan lain-­lain.
  1. Kelentukan(Flexibility)
Menurut Sajoto kelentukan adalah "keefektifan seseorang dalam menguasai dirinya, untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot, ligamen-ligamen di sekitar persendian" (Sajoto, 1988:58). Seorang atlet yang tidak memiliki kelenturan dia akancenderung akan sedikit sulit dalam melakukan gerakan apalagi dengan gerakan yang kompleks dan dia akan terlihat kaku. Sebaliknya seorang atlet memiliki kelenturan dia akan lebih mudah dalam melakukan gerakan dan lebih efisien dan mengurangi risiko cedera.
Kelentukan merupakan komponen kondisi fisik yang penting sekali dalam hampir semua cabang olahraga, terutama cabang-cabang olahraga yang banyak menuntut gerak sendi, salah satunya cabang olahraga atletik khususnya nomor lompat tinggi.
Harsono menyatakan bahwa perbaikan dalam kelentukan akan dapat:
a)      Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cederapada otot dansendi.
b)      Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi dan kelincahan.
c)      Membantu memperkembang prestasi
d)     Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melakukan gerakan-gerakan.
e)      Membantu memperbaiki sikap tubuh.
(Harsono, 2001:15)
  1. Keseimbangan(Balance)
Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ­-organ syaraf ototnya, selama melakukan gerakan-gerakan yang cepat, dengan perubahan letak titik bobot badan yang cepat pula baik dalam keadaan statis maupun dalam gerak dinamis (Sajoto, 1988:58).
Keseimbangan terbagi menjadi dua, (a). Keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan dalam posisi tetap. (b). Keseimbangan dinamis adalah kemampuan mempertahankan keseimbangan pada waktu melakukan gerak don' satu posisi kearah posisi lain. Dalam olahraga senam alat, keseimbangan ini memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi. Dimana seorang pesenam mampu melakukan gerakan-gerakan yang indah di atas alat yang digunakan. Sedangkan pada atletik, keseimbangan ini digunakan untuk spesialisasi tolak peluru setelah atlet melakukan tolakan.
7.      Kelincahan(Agility)
Kelincahan adalah kemampuanuntuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya (Harsono, 2001:21). Jadi kelincahan bukan hanya menuntut kecepatan, akan tetapi juga fleksibilitas yang baik dari sendi-sendi anggota tubuh. Tanpa memiliki kelincahan seorang atlet tidak akan bisa bergerak lincah, selain itu faktor keseimbangan juga penting dalam agility. Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya agility atau kelincahan adalah kombinasi kecepatan, kekuatan, kecepatan reaksi, keseimbangan, kelentukan, dan koordinasi. Bentuk latihan untuk mengembangkan kelincahan adalah lari bolak-balik atau shuttle run, dalam latihan seorang atlet dituntut lari cepat, belok cepat, tidak kehilangan keseimbangan dan posisi tubuh. Kelincahan ini sangat diperlukan dalamcabang olahraga atletik, karena dalam olahraga ini unsur kelincahan memegang peranan penting terutama nomor-nomor tehnik, seperti lari gawang, lompat tinggi dan lain-lain. Sedangkan pada olahraga bulutangkis, kelincahan ini berfungsi untuk merubah arah setelah melakukan pukulan.
  1. Koordinasi(Coordination)
Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh ketepatan (Tangkudung, 2006:67). Dalam bukunya Nurhasan (2005:21) mengemukakan bahwa komponen koordinasi menjadi dasar bagi usaha belajar yang bersifat sensomotorik.
Makin tinggi tingkat kemampuan koordinasi akan makin cepat danefektif dalam mempelajari suatu gerakan. Sedangkan menurut Sukadiyanto (2005:139) "Koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang dan persendian dalam menghasilkan satu gerakan yang efektif dan efisien.
Aplikasi koordinasi dalam atletik adalah kemampuan merubah arah tubuh saat melakukan lompat tinggi galah. Yaitu kemampuan berlari membawa galah, menumpu yang memerlukan ketepatan, hingga melewati mistar. Sedangkan pada olahraga hoki, sangat membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang baik. Seorang atlet hoki harus bisa mengendalikan pergerakan bola hoki yang tergolong kecil dengan menggunakan stick hoki, supaya bisa memainkan bola hoki dan bisa melihat posisi kawan untuk bekerjasama atau untuk melihat posisi lawan untuk dihindari. Bentuk latihan koordinasi yang diberikan adalah lari ABC, lari kijang dan berbagai gerakan yang menyerupai gerakan lari.
  1. Reaksi(Reaction)
Reaksi(Reaction) adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya, dalam menanggapi rangsangan-rangsangan yang datang lewat indera, syaraf, atau feeling lainnya (Sajoto, 1988:59).
Bentuk latihan yang diberikan adalah latihanstart dengan berbagai modifikasi, misalnya dengan jongkok, tidur tengkurap, duduk selonjor, dan lain-lain. Reaksi ini berfungsi sebagai ketepatan dalam melakukan start. Sedangkan aplikasi reaksi dalam sepak bola adalah pada saat pemain sedang menggiring bola, terutama pada situasi man to man pemain harus bereaksi cepat untuk dapat meloloskan diri dari hadangan lawannya dan apabila hal tersebut dapat terlaksana dengan baik maka tidak menutup kemungkinan untuk menciptakan peluang terjadi gol.
  1. Stamina.
Stamina adalah tingkat yang lebih tinggi dari daya tahan (endurance). Otomatis kemampuan aerobiknya lebih tinggi dari pada kemampuan aerobik pada daya tahan bahkan dirubah menjadi kemampuan anaerobik.
Menurut Harsono terdapat beberapa cara untuk meningkatkan daya tahan menjadi stamina adalah:
1.    Memperjauh jarak lari atau renang dengan tetapmemperhatikan tempo yang tinggi.
2.    Mempertinggi tempo (kecepatan 90% sampai 100% maksimal).
3.    Memperkuat otot-otot yang dibutuhkan untuk kerja tersebut. (Harsono, 2001:15)
Melihat pernyataan di atas bahwa kemampuan daya tahan itu dapat ditingkatkan menjadi lebih tinggi.Menurut Harsono stamina adalah "Tingkatan daya tahan yang lebih tinggi derajatnya daripada endurance" (Harsono, 200L14). Oleh karena itu atlet haruslah dilatih dengan intensitas yang semakin lama semakin tinggi intensitasnya, sehingga kemampuannya untuk bertahan terhadap rasa lelah semakin lama semakin meningkat. Dalam olahraga atletik, stamina ini digunakan untuk pelari jarak menengah hingga jauh agar dapat mempertahankan kecepatan tertentu. Sedangkan pada sepakbola, stamina ini berfungsi untuk melakukan gerakan yang relatif lama yang mengacu pada waktu.
2.3  Norma Tes Kondisi Fisik
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui parameter tes dengan melakukan 4 (empat) butir tes secara berurutan. Dengan selang waktu istirahat tidak lebih dari 5 menit antara item tes yang satu dengan item tes berikutnya yang menggunakan norma usia 16-19 tahunadalah terdiri dari 6 (enam) item tes yang juga dilaksanakan secara berurutan. Adapun baterei tesnya adalah:
1.      Tes Kecepatan
Alat ukur            : Stopwatch CASIO
Fasilitas  : Lintasan sepanjang lebih dari 60 meter Cara pengukuran
Norma pengukuran:

Tabel 2.1 Norma tes kecepatan
Putri
Status
Putra
< 7,54 det
Sangat baik
< 6,44 det
7,54 –8,13 det
Baik
6,44–7,31 det
8,13 –8,43 det
Cukup
7,31–7,75 det
8,43 – 9,32 det
Kurang
7,75 9,06 det
> 9,32 det
Sangat kurang
>9,06 det
(Lumintuarso, 2001)

2.      Tes Lemparan Depan (Shocken)
Bentuk Tes         : Lemparan depan (shocken)
Tujuan                            : Untuk mengukur kemampuan koordinasi tungkai dan
lengan
.
Alat pengukur    : Meteran TAJIMA
Fasilitas              : Peluru 3 Kg (Putri), dan 4 Kg (Putra)
Norma pengukuran :


Tabel 2.2. Norma Tes Shocken Depan
Putri
Status
Putra
> 11,19 m
Sangat baik
> 14,41 m
11, 199,44 m
Baik
1 1,91 14,41 m
9,44 8,56 m
Cukup
11,91 10,66 m
8,56 5,93 m
Kurang
10,66 6,91 m
< 5,93 m
Sangat kurang
< 6,91 m
(Lumintuarso, 2001)
3.      Tes Lemparan Belakang (Shocken)
Bentuk Tes         : Lemparan belakang (shock-en)
Tujuan                            : Untuk mengukur kemampuan koordinasitungkaidan
lengan
.
Alat pengukur    : Meteran TAJIMA
Norma pengukuran :
Tabel 2.3. Norma Tes Shocken Belakang
Putri
Status
Putra
> 11,49 m
Sangat baik
> 14,32 m
10, 04 9,34 m
Baik
1 1,7614,32 m
9,34 8,49 m
Cukup
11,7610,49 m
8,495,94 m
Kurang
10,495,93m
< 5,94 m
Sangat kurang
<5,93 m
(Lumintuarso, 2001)
4.      Tes StandingTriple Jump (Kanan dan Kiri)
Bentuk Tes               : Lompat 1 kaki kanan/ kiri tanpa awalan
              
(Standing TripleJump)
Tujuan                : Untuk mengukur kemampuan power tungkai
Alat pengukur    : Meteran TAJIMA
Norma pengukuran         : lihat tabel
Tabel 2.4 Norma Tes standing triple jump putra
Kiri
Satuan
Kanan
>9,34m
8,18 – 9,34m
8,18 – 7,60m
7,60 – 5,87m
<5,87m
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
>9,40m
8,23 – 9,40m
8,23 – 7,65m
7,65 – 5,90m
<5,90m
(Lumintuarso, 2001)
Tabel 2.5 Norma Tes standing triple jump putri
Kiri
Satuan
Kanan
>8,05m
8,05 – 7,16m
7,16 – 6,71m
6,71 – 5,37m
<5,37m
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
>8,09m
8,09 – 7,18m
7,18 – 6,73m
6,73 – 5,36m
<5,36m
(Lumintuarso, 2001)
5.      Tes Daya Tahan (2400m)
Bentuk tes          : lari 2400m
Tujuan                : untuk mengukur kemampuan daya tahan
Alat pengukur    : stopwatch CASIO
Fasilitas              : lintasan
Norma pengukuran         :
Tabel 2.6 Norma Tes Daya Tahan
Putri
Status
Putra
<9’ 10”
9’ 10” – 10’ 42”
10’42” – 11’ 31”
11’ 31” – 13’ 10”
>13’ 10”
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
<6’28”
6’28” – 8’42”
8’42” – 9’49”
9’49” – 13’10”
>13’10”
(Lumintuarso, 2001)

2.4  Pengukuran Kondisi Fisik
Setelah mengetahui kondisi fisik secara umum beserta komponen-komponen kondisi fisik yang merupakan kesatuan utuh dan dapat diketahui ciri-cirinya masing-masing, maka yang perlu diketahui selanjutnya adalah bagaimana mengetahui status atau keadaan kondisi fisik yang dimiliki seorang atlet. Kriteria dan kemampuan seorang atlet hanya mungkin diketahui melalui pengukuran dan penilaian yang berbentuk tes kemampuan kondisi fisik yang hasilnya dapat dipergunakan sebagai acuan untuk menentukan setiap nomor lomba yang tepat dan sesuai bagi atlet, agar nantinya diharapkan atlet tersebut dapat berprestasi maksimal. Tes ini merupakan alat yang digunakan sebagai penilaian kriteriakemampuan potensi atlet. Tes adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang individu, atau objek, (Budi,inez.2008.www.Chlples.wordpress.com). Sebagai alat pengumpul informasi atau data, tes harus dirancang secara khusus. Kekhususan tes terlihat dan bentuk tes yang digunakan, waktu dirancang menurut kriteria yang telah ditetapkan. Kekhususan berbeda antara satu tes dengan tes yang lain.
Pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi yang dilakukan secara objektif (Budi,inez.2008.www.Chlples.wordpress.com). Melalui kegiatan pengukuran segala program yang menyangkut perkembangan dalam bidang apa saja dapat dikontrol dan dievaluasi. Hasil pengukuran berupa kuantifikasi dari jarak, waktu, jumlah, dan ukuran dsb. Hasil dari pengukuran dinyatakan dalam bentuk angka yang dapat diolah secara statistik.
Sajoto menyatakan bahwa " Pengukuran dan penilaian adalah dua masalah yang akan saling tergantung antara satu dengan lainnya. Pengukuran adalah kumpulan informasi dari sesuatu yang diukur, hasilnya hanyalah data-data atau angka-angka hasil pengukuran. Sedangkan penilaian adalah pengolahan hasil pengukuran, menjadi suatu yang lebih berarti" (Sajoto, 1988:60).

Dengan demikian Tes, pengukuran, dan penilaian adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Pengukuran menyediakan sarana yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan, tes adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan informasi. Sedangkan penilaian adalah proses pemberian arti terhadap data atau skor yang telah diperoleh.
Adapun komponen dari tes tersebut untuk usia 16­-19 tahun adalah Iari cepat 60 meter, shock depan, shock belakang, standing triple jump kanan, standing triple jump kiri dan lari 2400 meter. Semua item dilakukan 2 kali dan diambil hasil yang terbaik dengan istirahat setiap item tidak lebih dari 5 menit. Agar data dan hasil yang diperoleh valid, maka prosedur tersebut harus dilaksanakan secara berurutan dan sesuai prosedur.
Menurut Arikunto, validitas adalah "Suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat validitas atau kesahihan suatu instrumen, (Arikunto, 2006:168). Sedangkan reabilitas adalah bahwa suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, (Arikunto, 2006:178). Pengukuran hanya berhenti sampai pada tingkat pengumpulan data dengan menggunakan alat-alat tes yang memadai, misalnya tes kecepatan lari60 meter dan tes daya tahan 800 meter diukur dengan stopwatch, tes shocken depan yang jauhnya lemparan diukur dengan meteran.
Setelah mengetahui dan memahami kondisi fisik dan melakukan tes kemampuan kondisi fisik maka seorang peneliti dapat menentukan baik buruknya kemampuan kondisi fisik yang dimiliki atlet yang diteliti. Adapun kegunaan tes dan pengukuran adalah:
1.      Mengelompokkan sesuai kemampuan.
2.      Mendiagnosa kelemahan.
3.      Membebaskan dari program latihan tertentu.
4.      Memotivasi atlet.
5.      Memprediksi kemampuan atlet mendatang.
6.      Mengevaluasi program dan pelaksanaan latihan.
7.      Merevisi program dan pelaksanaan latihan.
Banyak ahli berpendapat bahwa kondisi fisik merupakan aspek kesehatan yang penting untuk diperhatikan di samping aspek-aspek lain. Menurut Sajoto (1988: 57) "Kondisi fisik yang harus dimiliki oleh olahragawan untuk berprestasi dengan status setiap komponennya harus berada dalan kategori baik atau baik sekali". Pada hakekatnya seluruh aspek bersama-sama dibina dan dikembangkan secara seimbang untuk memperoleh hasil yang optimal. Artinya bahwa setiap usaha peningkatan kemampuan kondisi fisik, maka harus mengembangkan semua komponen tersebut, walaupun perlu dilakukan dengan sistem prioritas, (komponen apa yang perlu mendapat porsi latihan lebih besar dibanding komponen lain).

0 komentar: